Kamis, 13 November 2014



Yajna Sesa, Pemborosan?
Apakah tidak merupakan suatu pemborosan bila setiap harinya melakukan Yajna Sesa dengan membuang nasi, bukankah lebih baik beras untuk nasi itu dikumpulkan lalu disumbangkan pada orang miskin?
Eka
Denpasar

T
idak sedikit orang, terutama yang awam melontarkan pertanyaan semacam ini. Dan itu sah saja. Tetapi tentunya agak tidak lumrah jika umat Hindu sendiri belum memahami sedikit saja tentang apa yang setiap hari dilakukannya yaitu Yajna Sesa. Perihal Yajna Sesa yaitu membanten nasi seusai masak adalah ajaran kesusilaan Hindu yang menuntut umat untuk selalu bersikap anresangsya; tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para martha;  mendahulukan kepentingan di luar diri.

Adapun pijakannya tersurat pada sloka Bhagawadgita III. 13;
“Ia yang memakan sisa yajna akan terlepas dari segala dosa, tetapi Ia yang hanya memasak makanan hanya bagi diri sendiri, sesungguhnya makan dosa”.

          Dari suratan ini lalu terealisasilah Yajna Sesa itu. Bahwa sebelum menikmati sesuatu, persembahkanlah terlebih dahulu sebagai cetusan angayu bagia atas waranugrahanya. Dan perbuatan itu bukanlah sebagai suatu pemborosan. Sebab beryajna tidak harus dilihat dari seberapa banyak materi yang dihabiskan, tetapi berpijak pada sejauh mana sikap umat dalam mempersembahkan sesuatu yang sesungguhnya bukan milik kita. Lagi pula beryajna merupakan kewajiban umat Hindu yang terkait erat dengan Rna-utang yang wajib dibayar. Baik Dewa Rna, Rsi Rna, maupun Pitra Rna. Jika direnungkan, betapa nistanya manusia yang hidup dengan hanya menikmati apa yang diberikan Tuhan. Sementara mempersembahkan sebagian kecil dari apa yang telah diberikan, tak sudi dilakukan.
          Jadi, apakah artinya sejumput nasi yang dihaturkan jika dibandingkan anugerah Tuhan yang telah kita dapat nikmati. Dan itu bukanlah sekadar perbuatan membuang nasi seperti dikatakan penanya, melainkan sebuah persembahan bhakti dari umat yang merasa wajib berterimakasih atas kemurahan-Nya. Memang, ide untuk menyumbang pada orang miskin patut diwujud-nyatakan, Namun tentu bukan dengan meniadakan Yajna Sesa. Banyak cara dan jalan yang telah ditunjukkan oleh ajaran agama Hindu untuk menunjukkan sikap peduli terhadap kaum miskin. Tinggal kemauan dan ketulus-ikhlasan kita semua untuk segera memulainya. Dan yang pasti, tidak ada istilah pemborosan untuk suatu yajna. Janganka hanya untuk Yajna Sesa berupa sejumput nasi, upacara agung semacam Eka Dasa Rudra atau Tri Bhuwana yang menelan dana hampir satu milyar pun tetap dipandang tidak merupakan pemborosan. Sebab, yajna mengatasi segala materi. Nuansa yang ada pada perilaku beryajna hanyalah bhakti. Bukan bati. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar